Sabtu, 08 Februari 2014

Itu Alasannya

Sudah hampir seminggu ini aku lebih menghabiskan waktuku untuk merenung . Ya lebih tepatnya karna kejadian tempo bisa karena ayah yang hmm (selingkuh) atau karna temen-temen yang sempet bicarain masalah ayah . Di mana ayah ? oh , aku tak tau . Sudah hampir beberapa minggu ini ayah menghilang lebih tepatnya sejak seorang wanita yang mendorongku sampai aku jatuh tersungkur malam itu . Namaku Yashinta Aulia . Teman-teman biasa memangilku Yash.

Teman-temanku pun tak pernah sekalipun membicarakan masalah ayah . Mungkin mereka begitu terpukul melihat aku yang lemah saat terakhir kata yang mereka ucapkan . Seberannya aku tak apa . Bukan masalah yang terlalu serius toh dari dulu aku juga gak pernah kenal yang namanya mamah . Namun diganti oleh SuperGrandma . Bangga .
Itu Alasannya - Cerpen Sedih
Hari ini agak aneh . Gak tau kenapa bawaannya males banget buat masuk kelas penggennya ke kantin mulu . Berhubung hari ini English lesson dan yang masuk kelas itu Miss Allen jadi mungkin semua pada gak berani bolos kelas termasuk aku dan teman-teman . Awalnya sebelum Miss Allen masuk kelas suasananya gaduh banget . Banyak yang lempar-lemparan kertas, berduaan, bercandaan dan masih banyak kegiatan lain yang menggambarkan sifat keTKan .
“Good afternoon guys !”Sapa Miss Allen yang sudah duduk manis di kursinya .
“Good Afternoon mom” Jawab kita serempak .
“Ok, today you’ll have a new friend . He is a new student in this school . I hope you will better”katanya panjang lebar.
Setelah itu seorang anak laki-laki berjalan perlahan dari arah pintu . Semua mata terpasang ke arah pintu . Sempat ku lirik wajah semua teman kelasku semua tercengang . Heran . dan aku ? Tak tertarik sama sekali . Sahabat-sahabatku tak mau kalah bengongnya dari yang lain . Laki-laki itu tinggi , kulitnya putih , rambutnya hitam pekat dan jambul , hidungnya begitu mancung bibirnya tipis dan yang membuat aku bengong adalah matanya BIRU !

Luar biasa, baru kali ini aku bertemu orang yang matanya biru asli . Kalau teman-temanku pasti memakai lensa . Tapi tetap aku tidak tertarik! Aku bersikukuh . Semua cewek yang ada di kelas menggigit jari . Aku ? hanya bengong.
“Silahkan duduk. Oh ya sebelum itu perkenalkan nama kamu”ucap Miss Allen .
“Hallo temen-temen aku Zen Al Zidane Junior panggil aja Zen . Aku asli Australia dan baru menetap 2 tahun di Indo . semoga kalian bisa nerima aku”Itu perkenalannya tadi.
“Gila, Australia Negara maju masih ada rakyatnya yang malah milih sekolah di Indo”aku ngomel dalam hati .
“oke Zen sekarang kamu duduk di belakang sendiri tepatnya di belakang Yashinta”Ucap Miss Allen sambil nunjuk-nunjuk aku .
“thanks mom”ucapnya.

Sekarang bertambah satu lagi temanku. Tapi entah mengapa aku tak begitu suka kepadanya. Mungkin masih baru. Mungkin. Dia berjalan berlahan menuju tempatnya yang sudah ditentukan . Semua sahabatku memandangnya tanpa berkedip . Tapi tidak aku . Dia bahkan sempat melirikku . Seperti lirikan ingin menjadi teman tapi aku membalasnya dengan muka jutek . Kini dia sudah duduk di tempatnya .
“Hey aku Zen , kamu ?”Ucapnya mengulurkan tangannya kepadaku .
“Udah tau “ Jawabku acuh
“Yash, kamu ini apa-apaan sih?”Ucap Denay.
“Kenapa sih, kan aku juga udh tau namanya”elakku.
“Tapi kan seenggaknya kamu ngehargain dia, jangan gitu dong Yash” Denay kembali membelanya.
“oke, hay aku Yash iya seneng deh kenalan sama kamu”ucapku dengan senyum kecut dan dibuat-buat.
“engga gitu juga kali Yash” Denay kembali marah.
“Terus??” Aku manyun.
“Kamu?”Ucapnya sembari mengulurkan tangannya pada Denay.
“Aku Denay. Kenalin juga itu Vela, kalo itu Maya”Ucap Denay.
“Hay!”sapa Maya
“Hay!”sapa Vela
Perkenalan pertama itu tidak terlalu aku sukai . Mungkin hatiku sudah tak mau lagi mengenal yang namanya laki-laki. Memang, aku pernah mengalami kisah suram bersama hmm, mantan. Jadi waktu itu aku masih duduk di kelas 1 SMA dan dia kelas 3 SMA . Namanya Bisma , hari-hariku saat bersamanya begitu indah dan terasa lebih berbeda . Banyak perbedaan antara kami, tapi justru perbedaan itu yang malah membuat kami saling melengkapi hingga suatu hari , setelah pengumuman kelulusan waktu itu umur pacaran kami masih menginjak 1,5 tahun.

Ayah Bisma mendekatiku , beliau memang sangat setuju dengan hubungan kami kakak dan bundanya pun sangat mempertahankan hubungan kami . Namun hal yang tak pernah aku bayangkan harus terjadi tepat dihari Anniv 1,5 tahun dan kelulusan Bisma .
“Yash . ayah sudah begitu mengenalmu 1 tahun terakhir. Ayah begitu sayang padamu seperti kepada Bisma . Ayah sudah menganggapmu seperti anak ayah sendiri . Tapi ada hal yang harus ayah bicarakan”Ucapnya dengan menggandeng pundakku .

Entah mengapa jantungku berdegub keras. Hatiku lelah . padahal pertemuan seperti ini sudah sering aku lakukan .
“Ada apa yah?”ucapku terbata-bata . entah mengapa .
“Yash, ayah mohon mulai sekarang jauhi Bisma”

Ucapan itu begitu singkat tapi sangat menghancurkan. Aku tak dapat berkata apaun lagi. Lidahku keluh . Badanku begitu lemas , lututku tak lagi kuat menompang tubuhku . Aku ingin jatuh tapi rasa sayangku yang menguatkan aku untuk tetap berdiri walaupun keropos .
“Kenapa yah ?” tanyaku terbata.
“Bisma akan ayah jodohkan dengan patner bisnis perusahaan ayah di Australia . Kesepakatan ini sudah lama. Tapi harus menunggu Bisma sampai lulus S1 nya. Rencananya juga S1 nya di Australia” ucapnya.

Kali ini tubuhku benar-benar jatuh . Sempurna jatuh terduduk . Air mata deras membasahi pipiku . Semua kenangan indah itu harus aku lupakan setelah kata Perjodohan . Aku ingin marah tapi pada siapa? Saat ayah ingin membantuku bangun , aku menyangkal tangannya dan aku berlari menerobos hujan lebat . tak peduli tubuhku sakit karna hati ini jauuuh lebih sakit. Aku terjatuh, tapi aku kembali mencoba bangkit. Aku ingin bertemu Bisma mencium pipinya dan mengucapkan selamat jalan dan semoga bahagia . Tapi aku tak melihatnya . saat aku berjalan lemah di tengah hujan deras terdengar suara memanggilku .
“Yaaaasshh, Yashintaaa.. . . . . Tunggu aku”
Aku menoleh. Ternyata Bisma. Aku berlari menghampirinya dan berhambur di pelukannya . Pelukannya begitu erat, aku merasakan degub jantungnya begitu kuat. Aku memeluknya dan mengisyaratkan aku tak ingin berpisah . Aku ingin terus bersamamu karna aku begitu menyayangimu . Lama pelukan itu tak dilepas . Setelah itu aku memandang matanya , kuyuh karena tangisan .
Aku mencium pipinya . Lalu ia mencium keningku . Dan pelukan itu kembali terjadi. Ia membisikkan kata “Aku sayang kamu, aku gak mau usahaku sia-sia. Percaya padaku”. Ia menggenggam tanganku dan aku mengucapkan “Selamat jalan, semoga pilihanmu tepat. Kejarlah kebahagiaanmu. Biarkan aku terpuruk sendiri bersama luka ini”
Aku melepas genggamannya dan berlari. Dari kejauhan aku melihatnya duduk menunduk kecewa . Aku tak bisa berbuat apa-apa .

Kejadian itu membuatku takut untuk jatuh cinta . Mungkin hatiku sudah tertutup karena luka atau bahkan karena rasa sayangku yang belum hilang . Sempurna tertutup rapat . Banyak laki-laki yang mencoba meluluhkan hati egois ini tapi sia-sia . 1 tahun berlalu . Aku mecoba bangkit dari segala keterpurukan ini. Bisa . Tapi cintaku sudah mati .
Siang sudah benar-benar berada di atas jendela kelas . Gerah dan sangat gerah . Mataku tak kuat lagi untuk memaksakan melihat angka-angka yang dari dulu tak pernah aku sukai di papan tulis . Tapi Mr Josh memaksaku . Ya pelajaran matematika . Aku melirik Zen di belakangku , ku lihat dia begitu antusias mengkikuti pertemuan kali ini . Hmmm . Kita benar-benar berbeda . Tanpa aku tau Zen menyadari kalau aku memperhatikannya . Dia tersenyum kepadaku .

Hari berganti hari , bulan berganti bulan ternyata Zen tak seburuk yang aku kira . Dia sangat humble dan pandai mengendalikan suasana . Semenjak itupun aku lebih menyukai pelajaran Matematika . Ya , berkat dia .
“Yash, pulang bareng yuk ?”Sapanya saat kita keluar kelas .
“Boleh Zen, gak ngerepotin nih?”Timpalku .
“Enggak, okedeh kamu tunggu gerbang aku ngambil motor dulu ke parkiran”
“Sip, jangan lama”Aku nyengir .
“Takut sunblock nya luntur yaa??”Candanya . Aku hanya tersenyum geli.
“Udah buruan!”Ucapku dengan mendorong-dorongnya.
“Iya sayang”
“Apa?”Aku kaget.
“Oh enggak, panas banget hari ini”elaknya .

Saat di perjalanan banyak kejadian indah saat aku bersama Zen.”Yash! pegangan!”Ucapnya. “Iya ini udah”jawabku. “Kurang kenceng, aku ngebut nih”Ancamnya. “Ehh, iya iya”. Motor itu melaju cepat, pelukanku semakin erat . Dia hanya tersenyum di balik helm penutup kepalanya . Saat motor itu berjalan. Aku mulai sadar satu hal . Ini bukan jalan ke rumah.
“Zeeeennn!”Teriakku saat aku menyadari hal itu.
“Apasih bawel? Walopun pakek helm aku denger kali. Gausah teriak gitu”
“Ini kan bukan jalan ke rumah?”
“Iya aku tau”
“Terus aku mau dibawa ke mana?”
“Ada deh. Pegangan aja ntar juga tau”

Motor itu melaju semakin cepat. Lalu berhenti di suatu tempat. Tempat itu jauh dari keramaian kota yang sibuk dengan kantornya . Jauh dari polusi udara . Begitu hening . Aku menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya. Laut yang diwarnai siluet indah senja . Warnanya begitu mengagumkan. Semburat warna jingga membuatku lupa akan segala masalahku tentang ayah, tentang mama, bahkan Bisma. Ahh indah bukan main.
“Hmm, untung belum terlambat”Ucapnya saat turun dari motor.
“Terlambat?”Aku sedikit heran .
“Terlambat liat sunset “
“Kamu suka sunset?”
“Sunset itu hidup keduaku”
“Kedua?”
“Iya kedua. Cuma sunset yang tau cerita hari-hariku”
“Makasih”
“Makasih? Buat apa?”
“Makasih karna kamu udah mau bagi sunset kamu sama aku”Ucapku . Pipiku memerah.
“Iya Yash. Udah lama aku pengen ngajak kamu kesini, tapi…”
“Tapi apa?”
“Tapi waktunya belum pas”
“Ohh gitu”

Kami duduk di pohon yang tumbang atau mungkin bisa dibilang hiasan laut. Kami memandang senja berdua. Begitu indah.
“Yash, aku pengen ngomong sama kamu, berbulan-bulan aku menunggu waktu ini . Aku pengen sahabat ku , senja jadi saksi keseriusanku” Zen terlihat gugup saat memandangku.
“Ngomong apa Zen, ngomong aja”
“Aku sayang sama kamu semenjak pertemuan pertama kita”
“Zen kamu ?”Ucapku sedikit bimbang.
“Iya aku sayang sama kamu. Mau gak kamu jadi pacar aku? Atau bahkan ibu dari anak-anak kita nanti?”

Aku tak dapat lagi menjawab apapun . Senja yang tadinya indah berubah . Semakin menghimpitku sampai aku sesak . Tak dapat berbicara apapun. Bibirku gemetar.
“Yash?”
“Iya Zen”
“Jadi gimana?”

Akhirnya aku menceritakan semua kisahku saat bersama Bisma . Aku takut merasakan itu untuk kedua kalinya atau mungkin rasaku masih bertahan untuk Bisma . Aku tau ini sulit , tapi ini lebih sulit lagi untukku . Panjang lebar aku menceritakannya . Zen memandang jauh ke laut . Aku tau pandangan itu penuh kekecewaan . Tapi maafkan aku .
“Kamu ngerti kan Zen?”
“Jadi kamu nolak aku? Kita bisa perbaiki semuanya. Kita melangkah berdua”
“Maaf Zen”
“kalau Itu Alasannya . Baiklah. Aku akan menunggumu sampai kamu sadar kalau aku serius”
Pelukan pertama itu terjadi. Aku begitu menyesal telah mengecewakannya tapi, ini yang aku rasakan. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang searah dengan kepulangan senja ke pangkuan laut dan akhirnya menuyuruh malam untuk menggantikanya. Gelap . Seperti perasaan Zen , ya aku tau . Tapi Maafkan Aku
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar